SYAIR BIDASARI
Dimana lagi yang kamu titik
Dari pada rupaku terlebih molek
Sembah dayang petah cerdik
Lain dari itu tak ada yang cantik
Matanya bulat mengerling manis
Menggerak senyum sambil memalis
Laksana bunga cempaka lis
Seperti gambar baru di tulis
Pipinya bagai pauh di laying
Bahunya seperti dewa kayangan
Di hari patik terlalu sayang
Serta terpandang semangat melayang
Bibirnya bagai di carik
Lehernya jenjang bagai dilarik
Bersunting emas bunga anggrek
Mungkin bertambah parasnya baik
Betisnya bagai bunting padi
Parasnya seperti nila kendi
Seperti intan sudah di surdi
Dipangar nilam intal dan padi
Pinggangnya ramping dadanya bidang
Panjang lampai sederhana sedang
Cantik menjelis gilang gemilang
Tak jemu mata memandang
KOLEKSI SAJAK 1942-1949
TAHUN 1986
Kami yang kini terbaring antara krawang-bekasi
Tidak bida teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapa yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdatak kami mati
Yang tinggal tulang diliputi debu kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bias
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belam selesai, belum bisa
Memperhitungkan arti 4 – 5 ribu nyawa
Kami Cuma tulang – tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi, yang tentukan nilai tulang – tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang
Untuk kemerdekaan kemenangan
Dan harapan atau tidak untuk apa – apa
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang – kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga bung karno
Menjaga bung hatta
Menjaga bung syahril
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang – kenanglah kami yang tinggal tulang – tulang diliputi debu
Berilah kami terbaring antara krawang bekasi
PUISI
AIR MATA IBU PERTIWI
Kulihat parasmu ibu
Sendu menahan duka
Dan saat kulihat sinar matamu
Air mata yang basahi pipimu
Ibu… ingin kugapai wajahmu
Ku usap air matamu
Dan kubalut luka hatimu
Hingga parasmu berseri
Tuhan… apa yang terjadi di negri ini ?
Panas membara
Topeng reformasi dan demokrasi
Tak perlu rakyat menjerit perih
Tuhan … kembalikan damai negri ini
Kembalikan jati diri bangsa ini
Tuhan … kembalikan senyum ibu pertiwi
PEREMPUAN – PEREMPUAN PERKASA
Perempuan - perempuan yang membawa bakul di pagi buta
dari manakah mereka
ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
sebelum peluit kereta api terjaga
sebelum hari bermula dalam pesta kerja
perempuan – perempuan yang membawa dalam kereta
kemanakah mereka
di atas roda – roda baja mereka berkadaraan
mereka berlomba dengan surya menuju
mereka hidup di pasar – pasar
perepuan – perempuan yang membawa bakul dalam kereta
siapakah mereka
akar – akar yang melata dari tanah perbukitan turun
mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa
MAHADEWI
Gumpalan langit maha sempurna
Bertakhta bintang – bintang angkasa
Namun satu bintang yang berpijar
Teruntai turun menyapaku
Bila sinarnya sentuh wajahku
Kepedihanku terhapuskan
Alam rayapun semua tersenyum
Menunduk dan memuja hadirmu
Terpukau aku menatap wajahnya
Aku merasa seperti mengenal dia
PANTUN BAHASA DAERAH
Ranggas jala ronggis
Pajuanon ni haram baja
Horas jala torkis
Ulang nian bagi mahua
Bondar nada gadu
Pangitean ni siri – siri
Bonggal nada lalu
Genan mau au manikam diri
Kerek di pantar kodong
Bahatdo palak pambarbaran
Teret ni namu sahonang
Bahat do halak haimbaran
Kis – kis ketel
Gayo di rodang
Miskin hepeng
Kayo di goar
Aek si mate – mate
Paridian ni pas – pas kuring
Singit do ma au so mate
Patunda ni bujing – bujing
Ciok – ciok imbo di dolok
Rogop – rogop mangan parina
Obuk na ginjang di papondok
Ima bujing – bujing zaman sannari
Habang unggas layang – laying
Na songgop tu tukko – tukko
Ise na ringgas marsumbayang
Marmotong sedan
Habang siri – siri
Na songgop tu nasi – nasi
Ulang au pasirik – sirik
Hata naido pasari – sari
Rere ho tusi
Sobagi ho bintang bittuju
Kehe ho tusi
Sobagi ho dongan ku tubu
Hu tiop anggi sinapang
Di dokkon ho tanduk
On ma anggi ganteng ni abang
Di dokkon ho panakko manuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar