Rabu, 09 Juli 2008

BAB I

PENDAHULUAN

Ramai lelaki mungkin terpaksa menjadi suri rumah pada masa depan jika fenomena pelajar perempuan menguasai institusi pengajian tinggi (IPT) dibiarkan berlarutan. Naib Canselor Universiti Teknologi Mara (UiTM), Datuk Seri Profesor Ibrahim Abu Shah berkata, secara umumnya setiap universiti di negara ini memiliki jumlah pelajar perempuan yang jauh lebih ramai berbanding lelaki.

Disebabkan masalah itu, katanya, UiTM sudah lama memikirkan cara untuk menambah jumlah pelajar lelaki bagi memperbaiki komposisi pelajar mengikut jantina. ‘‘Tidak dapat tidak satu hari nanti wanita profesional ini akan berkahwin juga dengan mana-mana lelaki termasuk mereka yang tidak bekerja. ‘‘Akhirnya, akan berlaku fenomena lelaki duduk di rumah jaga anak dan rumah tangga manakala wanita keluar bekerja. ‘‘Fenomena ini telah pun berlaku sekarang meskipun ia bertentangan dengan adat kita,’’ katanya ketika dihubungi di sini hari ini.

Di UTM sendiri, katanya, universiti itu tidak boleh menyekat kemasukan pelajar wanita dalam sesuatu bidang kerana mereka memiliki kelayakan akademik yang cemerlang berbanding lelaki. ‘‘Di UTM, pelajar lelaki lebih mendominasi bidang mekanikal yang memudahkan mereka mendapat kerja setelah menamatkan pengajian sedangkan pelajar perempuan menguasai bidang lain,” katanya. Pensyarah Jabatan Antropologi Universiti Malaya, Profesor Dr. Fatimah Daud pula berkata, cadangan untuk merapatkan jurang antara pelajar lelaki dan wanita di IPT memang tepat pada masanya. ‘‘Di Barat, sebagai contoh, lelaki kini telah menjadi suri rumah menjaga anak-anak, membasuh baju dan juga melakukan kerja-kerja rumah.‘‘kehidupan biasa fenomena ini telah pun berlaku dan kini semakin merebak apabila kebanyakan wanita bekerja sebagai eksekutif manakala suami menjaga rumah.‘‘Walaupun secara dasarnya ia tidak menjadi kesalahan tetapi ia sedikit sebanyak

BAB II

WANITA DI TEMPAT KERJA

1. Pengertian Gender

Bila mendengar kata gender, khususnya di desa- desa yang agak jauh dari kota, mungkin agak asing didengar. Tetapi bagi kalangan masyarakat yang sudah memiliki pengetahuan luas, hal ini sudah biasa. Yang dimaksud dengan Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi,hak, tanggungjawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi setempat. Maka kesetaraan dan keadilan adalah proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan Perempuan.

Rupanya, tanpa disadari di daerah dan di lingkungan kita saat ini, telah terjadi ketidak setaraan dan ketidak-adilan gender. Mengapa? Bila kita bertolak dari pengertian gender di atas maka dari segi tata nilai sosial budaya dan adat istiadat sudah jelas bahwa semua peran, fungsi, hak dan tanggungjawab lebih di dominasi oleh laki-laki.

Bila kita menoleh sejenak ke belakang di bawah tahun delapan puluhan, perempuan pada umumnya hanya diberi peran sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh anak, memasak untuk keluarga, bertindak atas keputusan suami dan berpendidikan sangat rendah.

Pada zaman ini perempuan hanya mau mengikuti saja apa yang telah diputuskan oleh ayah / suami. Kesempatan untuk mengungkapkan pendapat tidak diberikan sama sekali. Namun demikian, oleh karena kemajuan pendidikan dan pengalaman, ada juga keluarga yang tidak hanya didominasi oleh laki-laki atau suami/ayah, tapi jumlahnya masih sedikit.

2. Mengapa Gender dibicarakan?

Laki-laki dan perempuan adalah sama-sama ciptaan Allah. Perempuan adalah mitra laki-laki. Tetapi kenyataan di lapangan, laki-laki yang lebih banyak berperan dan mendapat kesempatan pada setiap aspek kegiatan baik politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan yang masih terikat adat dan budaya serta menjunjung tinggi ideologi Patriarkat yang memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada kaum lelaki. Bukankah hal semacam ini merupakan diskriminasi terhadap perempuan? Tidak ada kesetaraan dan keadilan dalam peran dan hak-haknya

3. Perempuan dan Kerja

Kerja dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kerja produktif dan kerja reproduktif. Perempuan selama ini diidentikkan dengan kerja reproduktif. Kerja reproduktif merupakan kerja yang berhubungan dengan kegiatan rumah tangga serta tidak menghasilkan pendapatan bagi keluarga. Pada masyarakat dengan basis pertanian, perempuan terlibat dalam pekerjaan produktif seperti mengelola lahan dan ternak. Selain itu, perempuan memiliki tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan reproduktif seperti mengasuh anak, memasak, mencuci dan sebagainya. Hal ini bertolak belakang dengan laki-laki yang hanya melaksanakan kerja produktif dan tidak memiliki tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan reproduktif.

Penetrasi kapitalis yang ditandai dengan munculnya industri serta transformasi pertanian yang merubah pertanian subsisten atau semi-subsisten menuju pertanian berorientasi bisnis telah menyebabkan perubahan dalam pola relasi gender. Kerja yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan direlokasi dari kebutuhan keluarga atau rumah tangga menjadi kebutuhan untuk pemenuhan pasar. Moda produksi kapitalis didasarkan pada tiga bentuk transformasi sosial ekonomi, yaitu :

  1. Pemisahan antara produsen dari alat produksi dan subsistensi.
  2. Munculnya formasi kelas sosial yang menguasai alat produksi, yang dikenal sebagai kelas kapitalis atau borjuis.
  3. Komoditisasi tenaga kerja.

Komoditisasi tenaga kerja ini kemudian melahirkan adanya kelas pekerja atau proletar. Kelas ini dicirikan oleh ketidakadaan akses terhadap alat produksi serta sehingga untuk bertahan hidup, kelas ini harus menjual tenaganya kepada kaum pemilik alat produksi. Kapitalisme menyebabkan tenaga kerja menjadi sebuah komoditas yang diperjual belikan seperti halnya dengan komoditas lainnya. Nilai tenaga kerja dicerminkan dari upah yang didapatkan.

Posisi perempuan dalam ekonomi dijelaskan oleh relasi antara perkembangan produksi kapitalis melalui pertentangan antara kapitalis dan pekerja serta antara laki-laki dan perempuan. Posisi perempuan pada masyarakat modern kapitalis dicirikan oleh:

  1. Perempuan didentikkan dengan kerja rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari kerja ini tidak diberikan imbalan nilai.
  2. Perempuan merasa sebagai tenaga kerja sekunder dalam bidang produktif.
  3. Partisipasi perempuan terbatas pada kerja produktif sosial.
  4. Konsentrasi perempuan dalam sektor ekonomi utama dan level utama tenaga kerja.
  5. Upah perempuan yang relatif lebih rendah.
  6. Posisi perempuan pada kelas menengah dalam struktur masyarakat kapitalis.

Pembangunan pertanian yang ditandai dengan revolusi hijau mempunyai efek negatif terhadap perempuan pedesaan. Penelitian di India menunjukkan perempuan yang dikenal sebagai produsen pangan yang utama, selama berabad-abad telah menguasai pengetahuan yang hebat tentang pemilihan benih, kesuburan tanah, pertanian organik hingga teknologi tumpang sari. Teknologi baru yang diintroduksikan melalui pembangunan pertanian ala revolusi hijau telah menyebabkan tidak diakuinya lagi pengetahuan lokal yang selama ini dikuasai oleh perempuan.

  1. Hadapi Perbedaan Gender di Kantor

Ternyata tidak semua perusahaan mengakui akan emansipasi perempuan karena hingga saat ini masih ada saja perbedaan gender atau diskriminasi antara lelaki dan perempuan dalam dunia kerja. Memang ada beberapa kelemahan perempuan seperti lebih sensitif, kurang agresif, lebih emosional, kurang percaya diri dan kurang berani mengambil resiko dikatakan sebagai penyebab tidak majunya karir perempuan.

Tetapi pada beberapa kasus, ada juga perempuan yang karirnya berhenti sementara dia merasa sudah memenuhi syarat untuk menempati posisi yang diinginkan. Meski bisa maju tetapi tidak secepat kaum lelaki. Jika anda merasa karir anda lambat hanya karena perbedaan gender maka akan lebih baik anda simak beberapa langkah berikut ini.

Coba deskripsikan semua masalah anda di kantor sesuai proporsi yang sebenarnya. Kemudian evaluasi kembali apakah memang anda telah bekerja maksimal. Hasil yang anda peroleh tidak sesuai dengan usaha anda, sebenarnya anda sudah layak mendapatkan promosi dan penghargaan lebih dari yang anda dapatkan sekarang.

Setelah evaluasi tersebut, cobalah anda pikirkan kembali apakah ganjalan karir anda benar-benar berkaitan dengan diskriminasi gender antara lelaki dan perempuan atau karena sebab lainnya. Jika karena alasan yang pertama maka cobalah cari informasi apakah ada rekan perempuan di kantor anda yang bernasib sama. Untuk mengetahuinya, anda harus memperoleh perbandingan yang jelas antara karir lelaki dan perempuan.

Catat nama seluruh rekan perempuan yang mengalami masalah seperti anda. Catat pula nama karyawan lelaki yang karirnya lebih cemerlang daripada perempuan yang lebih mampu. Jangan lupa, catat pula realitas yang mendukung keyakinan anda tentang diskriminasi tersebut. Seperti hanya lelaki yang boleh menangani proyek-proyek besar sementara banyak perempuan yang mampu menanganinya.

Gali juga informasi dari berbagai sumber tentang masalah diskriminasi dan buat catatannya. Kumpulkan nama sumber yang bisa mendukung keyakinan anda. Lalu tuliskan pernyataan sumber yang mendukung masalah anda.

Diskusikan masalah ini dengan rekan perempuan yang mengalami nasib serupa. Pikirkan apakah anda ingin mengadukan masalah ini bersama-sama. Jika rekan anda tidak ingin mempermasalahkannya maka tidak perlu dipaksa, berarti dia cukup puas dengan kondisi yang diperolehnya sekarang.

Bicarakan juga masalah anda dengan atasan, lengkap dengan data-data yang anda peroleh. Mungkin saja atasan anda mau memahami dan bisa memberi solusi. Tapi bila atasan tidak mau tau maka anda bisa konsultasikan masalah anda dengan lembaga atau asosiasi yang tepat.

Pada intiya, di jaman global saat ini seharusnya memang sudah tidak ada lagi perbedaan antara kaum lelaki dan perempuan dalam karir. Jika perempuan terbukti memiliki sejumlah kemampuan dan keahlian semestinya tidak ada halangan lagi untuk menempati posisi yang lebih layak. Jadi jika anda merasa karir anda terhambat hanya karena anda perempuan maka anda jangan hanya berdiam diri saja. Perjuangkan hak anda.

DAFTAR PUSTAKA

o Anonymous, 2001. Bunga Rampai Bahan Pembelajaran Pelatihan Pengarusutamaan Gender Bidang Kesehatan Reproduksi dan Kependudukan. Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Jakarta.

o Bemmelen, Sita van. 1995. “Gender dan Pembangunan; Apakah yang Baru?” dalam Kajian Wanita dalam Pembangunan. TO Ihromi (Ed). Jakarta. Yayasan Obor.

Tidak ada komentar: